Endang berubah lagi kini dia ngajak bareng, ketemuan di Gelael. Sampai Gelael Vini ternyata masih di Permata Hijau, dia mau ikutan Didot.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyYnRibt0hKbiCNuex0gXSm5vjqjAlP6pHaHfMe554t4PeiKvswQDJbkKjA5OP_bSNPZcxpfsClcYsv0fzB31LJduN0Hid6k5Nf-bijcFsYZpSzd1-suFEN8GDTvpRcaZsmKQlVi5WHBE/s400/Pembubaran+F8.jpg)
Dijemput Endang bersama anak bungsunya, dia nggak mau aku setirin. Menjemput Reri di Tamini, ketemuan sama Acing di Setopan Sentul, baru beriringan ke Parung.
Acing nyetirnya gila banget, pindah jalur kiri-kanan-tengah, bener-bener kayak supir tembak, maklum jalanan macet atau memang tabiatnya begitu.
Berangkat dari rumah jam 11:00 sampai Parung jam 14:30 saudara-saudara, makan dikit-ngobrol dikit, foto dikit, pulang deh. Endang tetap mau menyetir sendiri kali ini penunjuk jalan Ade Fajar lewat Lebak Bulus, dan hasil penilaian kami, Ade lebih pantas jadi supir tembak ketimbang Acing. Ranking Acing turun.
Saat tertinggal oleh mobil Ade, Endang nyetirnya jadi brutal, menyusul angkot sambil nelpon, untung nggak megang Blackberry bisa-bisa nyetir sambil main fesbuk.
Gelar supir tembakpun berpindah, kini Endang yang pantas menyandangnya.
Ada yang perlu ditambahkan sedikit aja. Waktu di Parung Vini melihat pohon rambutan yang berbuah ranum. "Om enak banget rambutannya".
"Ya udah petik aja pakai gala"
"Bukan begitu, Vini bukan mau makan buahnya tapi ..... mau manjat pohonnya"
Sampai rumah langsung pergi lagi ke Berlan bareng istri dan anak, memperingati satu tahun meninggalnya ibunda tercinta.
No comments:
Post a Comment